Kamis, 04 Desember 2008
Krisis Moral Kah..?
Selasa, 13 Mei 2008
SMS Santet : Hipnotis melalui HP?
Untuk dapat melihat atau merasakan gelombang infra-merah dibutuhkan suatu sensor. Ular adalah contoh yang memiliki sensor penglihatan yang mampu menangkap gelombang infra-merah. Demikian pula teropong malam hari yang biasa digunakan oleh militer. Alat tersebut dilengkapi sensor infra-merah, sehingga dapat menggambarkan imej meskipun dalam kondisi gelap sekalipun. Karena seluruh benda pada dasarnya memancarkan radiasi panas berupa gelombang infra-merah. Bahkan es sekalipun. Berikut adalah tampilan imej yang dibentuk oleh sinar infra-merah.
Manusia memiliki keterbatasan untuk melihat pancaran gelombang infra-merah. Hanya Cahaya tampak yang terlihat oleh mata dari sekian panjang spektrum elektormagnetik (mulai gelombang radio hingga cahaya Gamma). Namun justru dengan keterbatasan tersebut manusia dapat menikmati indahnya warna-warni dunia seisinya. Bayangkan saja bila manusia diberi kelebihan untuk melihat gelombang infra-merah, maka kucing akan terlihat seperti gambar di atas. Apakah tidak menakutkan??
Bagaimana dengan peralatan seperti remote control dan HP? Televisi atau perangkat audio-visual lainnya dilengkapi sensor yang dapat menangkap gelombang infra-merah yang dipancarkan oleh remote control-nya. Infra-merah yang dipancarkan dari remote control membawa data atau intruksi tertentu yang kemudian akan diolah oleh perangkat audio-visual yang menerimanya. Demikian pula dengan HP. Bedanya, pada perangkat audio-visual, transmiter dan receiver gelombang infra-merah senantiasa aktif selama perangkat tersebut hidup. Sementara pada HP, receiver inframerah dapat dihidup-matikan. Default-nya, receiver infra-merah pada HP kebanyakan dalam kondisi non-aktif. Ketika dibutuhkan saja baru dapat diaktifkan oleh pemakai. Selain itu, jarak rambat gelombang infra-merah relatif pendek. Perhatikan dalam prakteknya, menghubungkan dua alat (device) menggunakan infra-merah, misalnya remote dengan televisi atau HP dengan HP, maka kedua alat tersebut tidak boleh terlalu jauh dan tidak boleh ada benda lain yang menjadi penghalanya. Berbeda dengan gelombang panjang lain seperti Gelombang Radio yang jarak rambatnya dapat berkilo-kilo meter dan relatif tidak terbatasi oleh barrier alam maupun buatan manusia (bangunan/gedung).
Seperti disebutkan sebelumnya, dibutuhkan suatu sensor untuk menangkap atau melihat gelombang infra-merah. Manusia jelas hanya dapat merasakan radiasi panas dari gelombang infra-merah pada panjang gelombang tertentu (far infrared), dan tidak dapat melihatnya sama sekali. Panas itu pun hanya dapat dirasakan oleh kulit manusia. Apakah panas dari gelombang infra-merah dapat dirasakan oleh organ-organ dalam tubuh? Katakanlah otak Tentu saja tidak. Karena yang memiliki sensor terhadap panas hanyalah kulit. Sehingga manusia tidak mampu bereaksi terhadap gelombang infra-merah (termasuk data atau intruksi yang dibawanya) selain bereaksi terhadap radiasi panas infra-merah.
Mungkinkah manusia bereaksi terhadap infra-merah yang dipancarkan oleh HP seperti halnya televisi bereaksi terhadap infra-merah yang dipancarkan remote control? Dari uraian diatas, kemugkinan tersebut mustahil dapat terjadi. Hal berikut akan menguatkan argumen saya:
- HP mampu memancarkan atau menerima gelombang infra-merah hanya jika : (1) HP tersebut memiliki infrared device dan (2) infrared device pada HP tersebut diaktifkan. Jika dua syarat tersebut tidak terpenehui, maka berharap HP akan menangkap gelombang infra-merah sama seperti berharap mendengarkan radio di HP Nokia 3310.
- Sekalipun suatu HP memiliki infrared device dalam kondisi aktif, maka data atau instruksi yang dikirimkan memalui gelombang infra-merah dari transmiter yang tidak diketahui berada dimana bisa dipastikan tidak akan dapat diterima oleh HP tersebut, mengingat sifat jarak rambat gelombang infra-merah seperti disebut diatas.
- Katakanlah data atau instruksi yang dikirimkan memalui gelombang infra-merah dari transmiter yang entah dimana tersebut kebetulan diterima oleh HP seseorang, maka data atau instruksi tersebut tidak dapat memerintahkan HP tersebut melakukan sesuatu (misalnya memunculkan pesan atau gambar tertentu) kecuali si pengirimnya tahu betul tipe, merek dan series HP yang akan menerima infra-merah yang dipancarkan-nya. Contoh gampangnya, remote control miliki DVD merk Sony tentu tidak dapat dipakai untuk mengoperasikan DVD merk Samsung.
- Katakanlah si pengirim menargetkan pemakai HP seri dan merk tertentu, dan kebetulan gelombang yang dipancarkan tertangkap oleh HP dengan seri dan merk tertentu tersebut. Misalkan saja pengirimnya adalah seoarang ahli metafisika sekaligus telematika dan paham selukbeluk software dan hardware HP (ada gak orang seperti ini?), sehingga dia mampu mengirimkan "mantra-mantra" dalam bentuk gelombang infra-merah dalam radius yang sangat jauh. Kemudian HP tersebut memunculkan tulisan, gambar atau suara seperti yang diinginkan oleh pengirimnya. Sepanjang si pemegang HP tidak tersugesti untuk terhipnotis, maka pesan apapun yang disampaikan oleh pengirim tidak akan direaksi oleh si pemegang HP.
Keempat argumentasi di atas adalah pra-kondisi yang harus terpenuhi untuk memungkinkan proses hipnotis dapat dilakukan melalui teknologi HP dan gelombang Infra-merah.
Kalo anda memiliki HP dengan teknologi Multimedia Messege Service (MMS) atau Video Call, mengirim gambar, tulisan, sekaligus suara bahkan video merupakan hal yang mudah. Nyatanya hingga saat ini tidak ada berita pemakai HP yang terhipnotis atau ter-"guna-guna" melalui MMS atau Video Call. Kenapa? karena kita tidak pernah menggangap (apalagi bersugesti) bahwa teknologi tersebut dapat dipakai untuk menghipnotis atau me-mantra-mantra-i orang lain. Sehingga kalaupun ada saksi-saksi hidup yang mengalami hal ini, mungkin pertanyaannya pertama adalah apakah ia tersugesti untuk terhipnotis?
Waulahuwa'llam
Minggu, 20 April 2008
Pengendalian Diri
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, sangat disadari perlunya penerapan fungsi Pengendalian Diri (Internal Control) agar setiap langkah dan aktivitas dalam menjalani hidup selalu terarah pada satu tujuan : tidak mengkhianati visi dan misi yang telah ditetapkan. Mengapa perlu pengendaliaan diri? Layaknya perahu yang berlayar tanpa navigasi, mustahil dapat mencapai tujuan ketika terjangan badai dan gelombang sangat berpotensi membelokan dan mengacaukan arah perahu dari tujuan. Pengendalian diri adalah sistim navigasi yang akan mengarahkan hidup kita agar tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Kemungkinan menyimpang tentu saja ada karena kita hidup tidak sendiri, banyak pengaruh dan hambatan dari luar diri. Kalaupun terlanjur menyimpang, maka sistem ini akan mengembalikan kita ke arah yang seharusnya. Sehingga meskipun kadangkala atau bahkan sering keluar jalur, namun secara konsisten sistem ini akan mengembalikan kita ke tujuan hidup semula.
Meminjam konsep dalam teori Auditing, disebutkan 5 komponen penting yang harus ada agar fungsi Internal Control dapat berperan dalam menjaga konsistensi dan keberlanjutan pencapaian tujuan hidup. Lima komponen Internal Control dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian adalah fondasi bagi 4 komponen lain berpijak. Lingkungan pengendalian dapat dianalogikan sebagai komitmen pribadi yang berisi kesadaran akan pentingnya pengendalian diri demi mencapai tujuan. Kesadaran ini sama halnya dengan kesadaran yang dimiliki pelaut akan pentingnya sistem navigasi di perahunya. Derajat kesadaran tentu berbeda antara satu orang dengan orang lain. Tinggi rendahnya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh yang bersangkutan. Nilai tersebut merupakan refleksi dari kematangan dan kecerdasan emosional individu. Nilai yang mempengaruhi antara lain prinsip etika/moral, filosofi dan tujuan hidup, serta kemampuan menarik pelajaran dari kesalahan. Semakin teguh prinsip etika/moral dipegang maka semakin kuat komitmen pribadi melakukan pengendalian diri. Semakin jelas filosofi dan tujuan hidup, semakin kuat pula kesadaran untuk mengendalikan diri. Semakin dalam kemampuan mencari hikmah maka semakin sadar pula akan pentingnya pengendalian diri.
2. Pengukuran Resiko (Risk Assessment)
Fungsi pengendalian diri dapat berjalan efektif apabila kita mengetahui resiko-resiko yang akan dihadapi dalam rangka mencapai tujuan hidup. Resiko ini berupa hambatan atau rintangan yang dapat membelokan atau mematahkan arah tujuan. Dengan mengidentifikasi dan mengukur resiko, maka dapat dirumuskan strategi atau prosedur pengendalian yang paling cocok untuk mengeliminasi hambatan atau rintangan yang membuat tujuan hidup menyimpang. Misalnya, jika ingin mencari istri yang sholehah maka jangan mencari di tempat hiburan. Bila mencari di tempat hiburan, resikonya mungkin dapat wanita yang tidak jelas statusnya atau bahkan justru tidak jadi mencari istri. Sama halnya dengan nahkoda, dengan mengetahui resiko badai dan gelombang tinggi yang dapat mengkaramkan kapal, dapat diputuskan apakah harus mencari jalur pelayaran lain untuk menghindari badai atau menunda perjalanan hingga badai berlalu. Resiko yang terukur secara tepat memungkinkan prosedur dan strategi pengendalian diri dibuat lebih efektif dalam mengeliminasi resiko.
3. Informasi dan Komunikasi (Information and Comunication)
Ketersedian informasi penting untuk menjalankan fungsi pengendalian diri. Bagaimana mungkin kita dapat memilih diantara beberapa pilihan mana yang sesuai dengan tujuan hidup jika kita tidak memiliki ketersediaan informasi yang cukup pada masing-masing pilihan. Informasi tersebut mungkin tidak otomatis tersedia dihadapan kita, tapi harus ada upaya untuk menggali informasi tersebut lebih dalam. Fungsi pengendalian diri menjadi efektif dalam memandu pilihan dan pencapaian hidup ketika tersedia informasi yang relevan pada masing-masing pilihan dan pencapaian. Pilihan atau alternatif manakah yang tidak mengkhianati tujuan hidup? Sebagai contoh ketika kita dihadapkan pada suatu pilihan membeli mobil A atau mobil B. Dengan kecukupan informasi mengenai karakteristik masing-masing mobil, tentu tidak sulit untuk memilih yang sesuai untuk tujuan membeli mobil meskipun hasrat hati lebih cenderung ke salah satunya.
Komunikasi juga terkait dengan informasi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi yang dimiliki kepada pihak lain. Dalam konteks pengendalian diri, perlu disadari pentingnya menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan keputusan yang dibuat (stakeholder). Mengambil contoh di atas, apabila telah diputuskan membeli mobil A, maka perlu dikomunikasikan alasannya kepada keluarga agar tidak terjadi perdebatan atau perselisihan yang tidak perlu akibat keputusan tersebut.
4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Keberhasilan fungsi pengendalian diri juga ditentukan oleh bagaimana pengendalian diri tersebut dilakukan. Dalam berbagai skala resiko penyimpangan tujuan hidup, tentu aktivitas pengendalian yang diterapkan berbeda-beda. Situasi dengan resiko yang tinggi tentu membutuhkan intensitas atau teknik pengendalian diri yang lebih dibanding dengan situasi dengan resiko rendah. Sebagai contoh katakanlah ada seorang anak memiliki tujuan hidup tidak mau terjerumus pada kenakalan remaja. Jika anak tersebut di sekolahkan di sekolah umum, tentu dia harus mulai membatasi pergaulan dengan teman sekolah, pulang sekolah langsung pulang, fokus belajar, dan sebagainya. Sementara bila disekolahkan di madrasah mungkin dia cukup hanya menfokuskan diri bagaimana belajar dengan baik saja. Hal ini menunjukan perlunya ditentukan teknik dan aktivitas pengendalian diri yang paling sesuai dalam rangka menghadapi berbagai skala resiko penyimpangan tujuan hidup. Dengan aktivitas yang tepat maka fungsi pengendalian diri akan efektif menjaga pencapaian tujuan hidup.
5. Pemantauan (Monitoring)
Komponen ini menekankan pentingnya evaluasi terhadap fungsi pengendalian diri yang telah dijalankan. Apakah pengendalian diri yang dijalankan sudah sesuai dengan yang diharapkan? Apakah pengendalian diri sudah mampu membimbing jalan hidup kita kepada tujuan hidup? Evaluasi ini ditujukan untuk mencari kekurangan dan kelemahan dari fungsi pengendalian diri guna perbaikan di masa yang akan datang. Kesalahan yang ada harus dibetulkan, dan kelemahan yang tampak harus dihilangkan. Apabila komponen ini dapat dilakukan secara kontinyu dari waktu ke waktu maka harapannya fungsi pengendalian diri juga akan semakin baik.
Lima komponen diatas hanyalah sedikit diantara banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana pengendalian diri mampu menjaga arah tujuan hidup. Terkadang bahkan faktor tersebut absurd untuk disebutkan. Yang pasti Internal Control adalah keniscayaan demi konsistensi pencapaian tujuan.
Selasa, 15 April 2008
ZIKR PIKR MIKR
Bila diartikan secara harfiah, dua kata pertama secara epistemologi berasal dari bahasa Arab. ZIKR artinya 'mengingat Allah' dan PIKR artinya 'memberdayakan akal'. Sedangkan MIKR merupakan bentuk metafor dari MIKIR yang dalam bahasa Jawa artinya 'proses untuk terus berfikir'.
Sebagai sebuah konsep, ZIKR merupakan singkatan dari Zero-Base, Iman, Konsisten, dan Result Oriented. Keempat atribut tersebut tali-temali membentuk jalinan proses. Ibarat sebuah pesawat yang akan melakukan penerbangan. Semuanya berawal dari landasan pacu yang besih (Zero Base), bahan bakarnya iman dan adanya konsistensi pilot untuk mengarahkan pesawat ketujuan yang telah ditentukan.
PIKR merupakan singkatan dari Power, Information, Knowledge, dan Reward. Jika konsep ZIKR merupakan penerapan untuk individu agar menjadi pribadi yang unggul, maka PIKR adalah konsep agar pribadi-pribadi yang unggul tadi dapat bersinergi menjadi sebuah tim yang unggul pula.Bagus tidaknya kinerja sebuah tim tidak lagi ditentukan oleh keunggulan masing-masing kru-nya, tetapi oleh kekompokan kru menjalankan fungsi masing-masing.
Konsep terakhir adalah MIKR. Militan, Intelek, Kompetitif dan Regeneratif adalah komponennya. Jika pribadi-pribadi matang yang dibentuk dari konsep ZIKR bertemu dalam sebuah tim yang terlahir dari rahim PIKR, maka inilah yang disebut tim unggulan (the winning Team). Sebagai tim unggulan, tentu mereka juga harus membangun keselarasan dengan tim lain dan lingkungannya. Pada dataran inilah konsep MIKR bermain.
Interaksi ketiga konsep ini secara sederhana dapat dilukiskan sebagai berikut. Sebuah proses untuk mencapai keberhasilan tidak hanya bisa dilandasi oleh akal (PIKR) semata, tetapi juga harus dilandasi oleh hati (ZIKR) agar kemaslahatan seluruh stakeholder dapat tercapai (MIKR).
SEBUAH TETRALOGI
Beberapa waktu yang lalu, saya selesai membaca 3 novel dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata (baru 3 novel yang terbit). Rangkaian novel tersebut mengisahkan perjalanan hidup seorang Andrea Hirata (menyebut dirinya Si Ikal), dimulai saat memasuki Sekolah Dasar hingga menyelesaikan kuliah Strata 2 di Prancis dan Inggris. Awalnya saya berpikir novel ini tidak lain semacam otobiografi yang dikemas dalam bentuk roman yang diselengi humor dan kisah romantis. Namun, baru sampai pada bab pertama saja, untaian kata dan rangkaian kalimat di dalamnya telah mampu merubah pemikiran saya.
Tetralogi Laskar Pelangi telah lama menjadi Best-Seller di Indonesia.
Tetralogi ini dibuat tanpa sengaja. Awalnya Andrea hanya ingin menghadiahkan sebuah memoar untuk Ibu Guru-nya di Sekolah Dasar dulu. Namun, ketika seorang teman kantornya membaca softcopy karya ini di komputernya, kawan ini berpikir bahwa ini akan menjadi novel yang laris apabila diterbitkan. Tanpa seijin Andrea, maka ia kirim softcopy-nya ke penerbit untuk dicetak. Ternyata perkiraannya benar. Satu lagi keajaiban terjadi dalam hidup Andrea. Cita-cita masa kecil yang sudah lama dipendam --menjadi penulis terkenal-- akhirnya terwujud melalui cara yang tidak diduga-duga.
Di tengah minimnya kehadiran karya sastra yang menyejukan, tetralogi ini ibarat oasis di tengah sahara. Tidak sekedar menghibur, novel ini mampu membangun kesadaran pembaca akan arti hidup. Meminjam istilah Andrea, perjalan hidup ibarat mozaik. Penggalan-penggalan nasib yang terjadi seolah tidak berarti atau tidak berhubungan satu sama lain. Namun lama kelaman mozaik-mozaik itu akan membentuk gambaran yang utuh akan hidup kita. Satu mozaik nasib mungkin terlihat buruk, namun ketika terangkai mereka dapat menjadi lukisan yang indah. Sehingga jangan pernah berhenti bermimpi dan menemukan mozaik-mozaik hidup kita.